Senin, 28 April 2014

Tips menghindarkan anak dari kejahatan anak

Orangtua tidak selamanya bisa mengawasi anak saat 'predator seksual' (istilah yang dipakai untuk menyebut para pelaku pencabulan anak) senantiasa mengamati dan menanti waktu yang tepat untuk beraksi. Tapi, sebagai orangtua Anda bisa mengajarkan anak menandai mana yang 'predator' dan mana yang bukan.

Berikut tips sederhana yang dapat Anda ajarkan pada anak seperti disampaikan Psikolog Nunki Suwardi yang juga merupakan Pendiri Pusat Studi & Aplikasi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar pada Tim Health Liputan6.com, Senin (28/4/2014):

1. Pelaku kerap mengamati aktivitas targetnya saat anak-anak beraktivitas atau bermain

Hindari risiko mengundang pelaku dengan meminta anak mengenakan pakaian yang sopan. "Jangan gunakan busana yang ketat, pendek, dan tipis. Jika baju anak basah karena keringat saat olah raga atau terkena hujan, segera minta ia menggantinya," kata Nunki.

Baju yang basah membuat lekuk tubuh anak terlihat nyata dan membangkitkan syahwat pemangsa. Jika anak Anda perempuan, kenakan celana rok di bagian dalam gaun sehingga aman saat gaunnya tersingkap ketika berlari atau bermain.

2. Ajarkan anak menandai sentuhan yang normal dan tidak normal serta bagian mana dari tubuhnya yang boleh disentuh dan tidak

Bagian genitalia hanya boleh disentuh oleh dirinya dan petugas medis seperti dokter dengan pendampingan orangtua. Praktikkan agar anak Anda tahu. Bagi anak yang masih kecil dan membutuhkan bantuan orang lain untuk membersihkan dirinya, beritahu bahwa saat orang lain membantu membersihkan dirinya di kamar mandi, pintu harus dalam keadaan sedikit terbuka, tidak boleh terkunci. Tujuannya jika orang yang membantunya melakukan hal yang membahayakan dirinya anak bisa berteriak dan lari.

3. Kadang pelaku juga mengajak anak bermain, yang kalah membuka atau menyingkap bajunya

Beritahu anak bahwa tak ada yang boleh menyingkap bajunya dan ia tak diiZinkan memperlihatkan genitalianya pada siapa pun dengan alasan apa pun. "Waspada, pedofil sangat kreatif mencari mangsanya."

Bulan lalu terungkap kasus di mana seorang mengaku dokter bisa mengecek kesehatan alat vital anak-anak dengan syarat anak mengirimkan pose telanjang dan alat vitalnya lewat foto atau webcam. Ratusan foto berhasil dikumpulkan oleh dokter gadungan pedofil.

4. Ajarkan anatomi genitalia

Gunakan istilah medis untuk menyebut bagian-bagian tubuh anak. Sebutkan penis bukan burung atau titit bagi anak laki-laki. "Tujuannya agar anak dapat menginformasikan dengan jelas pada orangtua dan petugas jika ia dilukai."

5. Tidak berbicara pada orang asing tak dikenal terutama saat anak seorang diri dan berada di tempat asing tak dikenalnya. - See more at: http://health.liputan6.com/read/2042505/5-tips-ajari-anak-hindari-predator-seksual#sthash.9rQbyIRe.dpuf
Selain itu, orangtua bisa mengajarkan anak menandai predator seksual dari memperhatikan perilakunya:

a. Waspadai orang yang baru dikenal menyapa anak dengan nada sangat ramah, sok kenal dan sok dekat. Kadang predator pura-pura mengaku salah satu kerabat atau kenalan orangtuanya.

b.  Waspadai orang yang tiba-tiba menawarkan bantuan, uang atau mengajak pergi ke suatu tempat dengan iming2..

c.  Berdusta
Contoh termudah bahwa ada yang disembunyikan. Misalnya pelaku mengatakan tak punya HP tapi terdengar dering HP di sakunya. Jangan buang waktu, minta anak segera lari dari orang yang ketahuan berdusta.

d. Menghadang jalan anak atau mencengkeram properti anak misalnya sepeda yang dibawa anak. Ini ciri khas predator seksual agar anak tak bisa lari menghindar.

e. Seseorang yang selalu mengawasi dan memperhatikan anak dengan sorot mata tajam atau tatapan mata aneh. Jika ketahuan mengawasi, orang ini langsung membuang mata dan pura-pura sibuk dengan kegiatannya. Anak harus melaporkan pada orang tua atau guru, orang yang mengawasi mereka.

f.  Orang tak dikenal atau baru dikenal namun sudah berupaya mendekati, menyentuh, membelai, atau mencium anak. 

- See more at: http://health.liputan6.com/read/2042505/5-tips-ajari-anak-hindari-predator-seksual?p=1#sthash.iDb2rGHz.dpuf


Menurut Nunki, korban yang mengalami serangan seksual secara mendadak atau di luar kehendaknya menunjukkan bahasa tubuh yang jauh lebih jelas. Refleks kecemasan (startle reflex) sebagai respons akibat serangan mendadak tak terduga dan tak dikehendaki yang membuat fisik, jiwa dan emosional korban terancam. - (See more at: http://health.liputan6.com/read/2042504/kenali-tanda-tanda-anak-pernah-jadi-korban-predator-seksual#sthash.XQg2QuKO.dpuf)
Frederick Anderman dan Eva Andermann di bukunya Movement Disorders in Neurology and Neuropsychiatri 1992 - (See more at: http://health.liputan6.com/read/2042504/kenali-tanda-tanda-anak-pernah-jadi-korban-predator-seksual#sthash.XQg2QuKO.dpuf)
Berikut gerakan berlebihan tak wajar yang bisa ditunjukkan oleh korban predator seksual:

1. Kedua bahu terangkat sehingga menutupi leher
2. Kepala tertunduk ke dalam
3. Kedua tangan dan kedua kaki menyimpul erat
4. Lutut tertekuk ke dalam
5. Tubuh menekuk
6. Mata berkedip kedip
7. Wajah pucat pasi

Secara fisik dapat ditandai dengan :

1. Mengeluh kesulitan atau kesakitan saat BAB dan BAK
2. Sakit jika memakai celana dalam
3. Cara jalan yang tak wajar, agak mengangkang
4. Ditemukan bekas bercak darah atau cairan di celana dalam anak
5. Rasa panas dan nyeri di area genital dan terasa sakit jika disentuh
6. Kemungkinan ditemukan bagian pakaian yang robek atau kancing yang lepas karena ditarik paksa

David Givens seorang peneliti bahasa tubuh terkait tindak kejahatan menambahkan bahwa serangan mendadak biasanya juga ditandai adanya memar di bagian tubuh atau gigi yang cedera atau tanggal saat pelaku menyergap dan memaksa korban merapat di dinding dan korban melawan.

"Joe Navarro seorang agen FBI spesialis komunikasi non-verbal memberi tahu, cekalan dan cengkeraman erat tangan pelaku sehingga kuku menembus ke kulit pada lengan anak untuk mencegah anak meronta biasanya meninggalkan bekas di lengan bagian dalam. Kapan pun orangtua menemui memar di bagian dalam lengan anak, jangan pernah percaya bahwa itu akibat terjatuh. Luka karena jatuh seharusnya menimbulkan memar di bagian sisi luar lengan anak bukan di bagian dalam," ujarnya.

Nunki juga mengingatkan, Anda juga melihat bahwa saat pelaku berjalan menghampiri mantan korbannya, secara refleks anak menjauhkan bagian depan tubuhnya atau menekuk tubuhnya diikuti kedua bahu menaik. Ini adalah gerak refleks yang tersimpan di sistim limbik di otak untuk menjaga tubuh dari serangan berikutnya dari orang-orang yang punya riwayat menyerang anak.

Anak-anak yang takut menceritakan peristiwa tersebut, berpeluang besar bagi pelaku untuk melancarkan aksi berikutnya. Jika pelaku melancarkan serangan berulangkali pada anak, maka perilaku anak yang semula ceria akan berubah murung. Anak yang semula mandiri akan berubah menjadi penuntut, cengeng, tergantung dan melekat terutama pada ibunya (clinging response), ketakutan tak mau ditinggal dan selalu membuntuti.

Anak berubah pendiam, takut bertemu orang dan mengurung diri di kamar. Anak yang semula tidak mengompol menjadi mengompol baik di malam hari maupun saat di sekolahnya. Sulit tidur dan bermimpi buruk diikuti mengigau. Mengisap ibu jari.

"Saat orangtua bertanya adakah yang menyentuh atau menyakitinya, anak menunjukkan ekspresi ketakutan, cemas dan takut bicara. Saat tanda-tanda ini muncul, Anda sebagai orangtua harus waspada. Anak harus diyakinkan dan diberi dukungan bahwa tak ada orang yang dapat menyakitinya dan ibu bapaknya akan melindungi dirinya dari siapa pun yang akan menyakitinya," kata Nunki. - See more at: http://health.liputan6.com/read/2042504/kenali-tanda-tanda-anak-pernah-jadi-korban-predator-seksual#sthash.XQg2QuKO.dpuf

Saat anak diserang secara seksual, pelaku selalu membentak anak dengan kata-kata kasar dan mengancam agar tidak berteriak. Apa yang harus dilakukan anak jika ia terperangkap oleh serangan seksual?

Psikolog Nunki Suwardi yang juga merupakan Pendiri Pusat Studi & Aplikasi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar kepada Tim Health Liputan6.com, Senin (28/4/2014), menjelaskan, David Givens, seorang ahli perilaku kejahatan menyebutkan, dalam situasi terdesak seperti itu anak sebaiknya melawan.

"Ya, anak harus diajari melakukan apa pun agar niat jahat atau serangan itu berhenti. Bisa dengan berteriak, menendang, menggigit atau memukul. Saat anak berhasil kabur, ia harus berteriak sambil lari sekencang-kencangnya agar menarik perhatian orang banyak dan mencari orang dewasa yang dikenalnya untuk mendapat perlindungan," kata Nunki.

Mengapa ? Secara psikologis, pelaku pedofil adalah orang-orang yang memiliki kecemasan tinggi, rasa takut dan kecenderungan depresif. Jika korbannya terus melawan dan berteriak, pelaku biasanya enggan menyekap korban lebih lama dan cenderung melepaskannya.

"Namun jika korban diam ketakutan, pelaku justru mendapat angin dan leluasa bertindak melukai korbannya."

Pengecualian terjadi pada pedofil dengan riwayat kekerasan. Mereka biasanya tak memberi kesempatan pada korban untuk lari atau menyerang balik. Sifat penyerangannya cepat dan korban lumpuh seketika. Selama beraksi, pedofil tipe ini membekali diri dengan senjata mematikan seperti belati atau senjata api. Kasus pedofil dengan kekerasan ini prosentasinya sedikit dibanding pedofil dengan modus mengancam.
 - See more at: http://health.liputan6.com/read/2042509/ajari-anak-trik-hadapi-predator-seksual#sthash.Qn1TLnQj.dpuf


Frederick Anderman dan Eva Andermann di bukunya Movement Disorders in Neurology and Neuropsychiatri 1992 - See more at: http://health.liputan6.com/read/2042504/kenali-tanda-tanda-anak-pernah-jadi-korban-predator-seksual#sthash.XQg2QuKO.dpuf
Orangtua tidak selamanya bisa mengawasi anak saat 'predator seksual' (istilah yang dipakai untuk menyebut para pelaku pencabulan anak) senantiasa mengamati dan menanti waktu yang tepat untuk beraksi. Tapi, sebagai orangtua Anda bisa mengajarkan anak menandai mana yang 'predator' dan mana yang bukan.

Berikut tips sederhana yang dapat Anda ajarkan pada anak seperti disampaikan Psikolog Nunki Suwardi yang juga merupakan Pendiri Pusat Studi & Aplikasi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar pada Tim Health Liputan6.com, Senin (28/4/2014):

1. Pelaku kerap mengamati aktivitas targetnya saat anak-anak beraktivitas atau bermain

Hindari risiko mengundang pelaku dengan meminta anak mengenakan pakaian yang sopan. "Jangan gunakan busana yang ketat, pendek, dan tipis. Jika baju anak basah karena keringat saat olah raga atau terkena hujan, segera minta ia menggantinya," kata Nunki.

Baju yang basah membuat lekuk tubuh anak terlihat nyata dan membangkitkan syahwat pemangsa. Jika anak Anda perempuan, kenakan celana rok di bagian dalam gaun sehingga aman saat gaunnya tersingkap ketika berlari atau bermain.

2. Ajarkan anak menandai sentuhan yang normal dan tidak normal serta bagian mana dari tubuhnya yang boleh disentuh dan tidak

Bagian genitalia hanya boleh disentuh oleh dirinya dan petugas medis seperti dokter dengan pendampingan orangtua. Praktikkan agar anak Anda tahu. Bagi anak yang masih kecil dan membutuhkan bantuan orang lain untuk membersihkan dirinya, beritahu bahwa saat orang lain membantu membersihkan dirinya di kamar mandi, pintu harus dalam keadaan sedikit terbuka, tidak boleh terkunci. Tujuannya jika orang yang membantunya melakukan hal yang membahayakan dirinya anak bisa berteriak dan lari.

3. Kadang pelaku juga mengajak anak bermain, yang kalah membuka atau menyingkap bajunya

Beritahu anak bahwa tak ada yang boleh menyingkap bajunya dan ia tak diiZinkan memperlihatkan genitalianya pada siapa pun dengan alasan apa pun. "Waspada, pedofil sangat kreatif mencari mangsanya."

Bulan lalu terungkap kasus di mana seorang mengaku dokter bisa mengecek kesehatan alat vital anak-anak dengan syarat anak mengirimkan pose telanjang dan alat vitalnya lewat foto atau webcam. Ratusan foto berhasil dikumpulkan oleh dokter gadungan pedofil.

4. Ajarkan anatomi genitalia

Gunakan istilah medis untuk menyebut bagian-bagian tubuh anak. Sebutkan penis bukan burung atau titit bagi anak laki-laki. "Tujuannya agar anak dapat menginformasikan dengan jelas pada orangtua dan petugas jika ia dilukai."

5. Tidak berbicara pada orang asing tak dikenal terutama saat anak seorang diri dan berada di tempat asing tak dikenalnya. - See more at: http://health.liputan6.com/read/2042505/5-tips-ajari-anak-hindari-predator-seksual#sthash.9rQbyIRe.dpuf
Selain itu, orangtua bisa mengajarkan anak menandai predator seksual dari memperhatikan perilakunya:

a. Waspadai orang yang baru dikenal menyapa anak dengan nada sangat ramah, sok kenal dan sok dekat. Kadang predator pura-pura mengaku salah satu kerabat atau kenalan orangtuanya.

b.  Waspadai orang yang tiba-tiba menawarkan bantuan, uang atau mengajak pergi ke suatu tempat dengan iming2..

c.  Berdusta
Contoh termudah bahwa ada yang disembunyikan. Misalnya pelaku mengatakan tak punya HP tapi terdengar dering HP di sakunya. Jangan buang waktu, minta anak segera lari dari orang yang ketahuan berdusta.

d. Menghadang jalan anak atau mencengkeram properti anak misalnya sepeda yang dibawa anak. Ini ciri khas predator seksual agar anak tak bisa lari menghindar.

e. Seseorang yang selalu mengawasi dan memperhatikan anak dengan sorot mata tajam atau tatapan mata aneh. Jika ketahuan mengawasi, orang ini langsung membuang mata dan pura-pura sibuk dengan kegiatannya. Anak harus melaporkan pada orang tua atau guru, orang yang mengawasi mereka.

f.  Orang tak dikenal atau baru dikenal namun sudah berupaya mendekati, menyentuh, membelai, atau mencium anak.
- See more at: http://health.liputan6.com/read/2042505/5-tips-ajari-anak-hindari-predator-seksual?p=1#sthash.iDb2rGHz.dpuf


Menurut Nunki, korban yang mengalami serangan seksual secara mendadak atau di luar kehendaknya menunjukkan bahasa tubuh yang jauh lebih jelas. Refleks kecemasan (startle reflex) sebagai respons akibat serangan mendadak tak terduga dan tak dikehendaki yang membuat fisik, jiwa dan emosional korban terancam. - See more at: http://health.liputan6.com/read/2042504/kenali-tanda-tanda-anak-pernah-jadi-korban-predator-seksual#sthash.XQg2QuKO.dpuf
Frederick Anderman dan Eva Andermann di bukunya Movement Disorders in Neurology and Neuropsychiatri 1992 - See more at: http://health.liputan6.com/read/2042504/kenali-tanda-tanda-anak-pernah-jadi-korban-predator-seksual#sthash.XQg2QuKO.dpuf
Berikut gerakan berlebihan tak wajar yang bisa ditunjukkan oleh korban predator seksual:

1. Kedua bahu terangkat sehingga menutupi leher
2. Kepala tertunduk ke dalam
3. Kedua tangan dan kedua kaki menyimpul erat
4. Lutut tertekuk ke dalam
5. Tubuh menekuk
6. Mata berkedip kedip
7. Wajah pucat pasi

Secara fisik dapat ditandai dengan :

1. Mengeluh kesulitan atau kesakitan saat BAB dan BAK
2. Sakit jika memakai celana dalam
3. Cara jalan yang tak wajar, agak mengangkang
4. Ditemukan bekas bercak darah atau cairan di celana dalam anak
5. Rasa panas dan nyeri di area genital dan terasa sakit jika disentuh
6. Kemungkinan ditemukan bagian pakaian yang robek atau kancing yang lepas karena ditarik paksa

David Givens seorang peneliti bahasa tubuh terkait tindak kejahatan menambahkan bahwa serangan mendadak biasanya juga ditandai adanya memar di bagian tubuh atau gigi yang cedera atau tanggal saat pelaku menyergap dan memaksa korban merapat di dinding dan korban melawan.

"Joe Navarro seorang agen FBI spesialis komunikasi non-verbal memberi tahu, cekalan dan cengkeraman erat tangan pelaku sehingga kuku menembus ke kulit pada lengan anak untuk mencegah anak meronta biasanya meninggalkan bekas di lengan bagian dalam. Kapan pun orangtua menemui memar di bagian dalam lengan anak, jangan pernah percaya bahwa itu akibat terjatuh. Luka karena jatuh seharusnya menimbulkan memar di bagian sisi luar lengan anak bukan di bagian dalam," ujarnya.

Nunki juga mengingatkan, Anda juga melihat bahwa saat pelaku berjalan menghampiri mantan korbannya, secara refleks anak menjauhkan bagian depan tubuhnya atau menekuk tubuhnya diikuti kedua bahu menaik. Ini adalah gerak refleks yang tersimpan di sistim limbik di otak untuk menjaga tubuh dari serangan berikutnya dari orang-orang yang punya riwayat menyerang anak.

Anak-anak yang takut menceritakan peristiwa tersebut, berpeluang besar bagi pelaku untuk melancarkan aksi berikutnya. Jika pelaku melancarkan serangan berulangkali pada anak, maka perilaku anak yang semula ceria akan berubah murung. Anak yang semula mandiri akan berubah menjadi penuntut, cengeng, tergantung dan melekat terutama pada ibunya (clinging response), ketakutan tak mau ditinggal dan selalu membuntuti.

Anak berubah pendiam, takut bertemu orang dan mengurung diri di kamar. Anak yang semula tidak mengompol menjadi mengompol baik di malam hari maupun saat di sekolahnya. Sulit tidur dan bermimpi buruk diikuti mengigau. Mengisap ibu jari.

"Saat orangtua bertanya adakah yang menyentuh atau menyakitinya, anak menunjukkan ekspresi ketakutan, cemas dan takut bicara. Saat tanda-tanda ini muncul, Anda sebagai orangtua harus waspada. Anak harus diyakinkan dan diberi dukungan bahwa tak ada orang yang dapat menyakitinya dan ibu bapaknya akan melindungi dirinya dari siapa pun yang akan menyakitinya," kata Nunki. - See more at: http://health.liputan6.com/read/2042504/kenali-tanda-tanda-anak-pernah-jadi-korban-predator-seksual#sthash.XQg2QuKO.dpuf

Saat anak diserang secara seksual, pelaku selalu membentak anak dengan kata-kata kasar dan mengancam agar tidak berteriak. Apa yang harus dilakukan anak jika ia terperangkap oleh serangan seksual?

Psikolog Nunki Suwardi yang juga merupakan Pendiri Pusat Studi & Aplikasi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar kepada Tim Health Liputan6.com, Senin (28/4/2014), menjelaskan, David Givens, seorang ahli perilaku kejahatan menyebutkan, dalam situasi terdesak seperti itu anak sebaiknya melawan.

"Ya, anak harus diajari melakukan apa pun agar niat jahat atau serangan itu berhenti. Bisa dengan berteriak, menendang, menggigit atau memukul. Saat anak berhasil kabur, ia harus berteriak sambil lari sekencang-kencangnya agar menarik perhatian orang banyak dan mencari orang dewasa yang dikenalnya untuk mendapat perlindungan," kata Nunki.

Mengapa ? Secara psikologis, pelaku pedofil adalah orang-orang yang memiliki kecemasan tinggi, rasa takut dan kecenderungan depresif. Jika korbannya terus melawan dan berteriak, pelaku biasanya enggan menyekap korban lebih lama dan cenderung melepaskannya.

"Namun jika korban diam ketakutan, pelaku justru mendapat angin dan leluasa bertindak melukai korbannya."

Pengecualian terjadi pada pedofil dengan riwayat kekerasan. Mereka biasanya tak memberi kesempatan pada korban untuk lari atau menyerang balik. Sifat penyerangannya cepat dan korban lumpuh seketika. Selama beraksi, pedofil tipe ini membekali diri dengan senjata mematikan seperti belati atau senjata api. Kasus pedofil dengan kekerasan ini prosentasinya sedikit dibanding pedofil dengan modus mengancam. - See more at: http://health.liputan6.com/read/2042509/ajari-anak-trik-hadapi-predator-seksual#sthash.Qn1TLnQj.dpuf


Psikolog Nunki Suwardi yang juga merupakan Pendiri Pusat Studi & Aplikasi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar - See more at: http://health.liputan6.com/read/2042505/5-tips-ajari-anak-hindari-predator-seksual#sthash.uqoqCyWR.dpuf
Berikut gerakan berlebihan tak wajar yang bisa ditunjukkan oleh korban predator seksual:

1. Kedua bahu terangkat sehingga menutupi leher
2. Kepala tertunduk ke dalam
3. Kedua tangan dan kedua kaki menyimpul erat
4. Lutut tertekuk ke dalam
5. Tubuh menekuk
6. Mata berkedip kedip
7. Wajah pucat pasi

Secara fisik dapat ditandai dengan :

1. Mengeluh kesulitan atau kesakitan saat BAB dan BAK
2. Sakit jika memakai celana dalam
3. Cara jalan yang tak wajar, agak mengangkang
4. Ditemukan bekas bercak darah atau cairan di celana dalam anak
5. Rasa panas dan nyeri di area genital dan terasa sakit jika disentuh
6. Kemungkinan ditemukan bagian pakaian yang robek atau kancing yang lepas karena ditarik paksa

David Givens seorang peneliti bahasa tubuh terkait tindak kejahatan menambahkan bahwa serangan mendadak biasanya juga ditandai adanya memar di bagian tubuh atau gigi yang cedera atau tanggal saat pelaku menyergap dan memaksa korban merapat di dinding dan korban melawan.

"Joe Navarro seorang agen FBI spesialis komunikasi non-verbal memberi tahu, cekalan dan cengkeraman erat tangan pelaku sehingga kuku menembus ke kulit pada lengan anak untuk mencegah anak meronta biasanya meninggalkan bekas di lengan bagian dalam. Kapan pun orangtua menemui memar di bagian dalam lengan anak, jangan pernah percaya bahwa itu akibat terjatuh. Luka karena jatuh seharusnya menimbulkan memar di bagian sisi luar lengan anak bukan di bagian dalam," ujarnya.

Nunki juga mengingatkan, Anda juga melihat bahwa saat pelaku berjalan menghampiri mantan korbannya, secara refleks anak menjauhkan bagian depan tubuhnya atau menekuk tubuhnya diikuti kedua bahu menaik. Ini adalah gerak refleks yang tersimpan di sistim limbik di otak untuk menjaga tubuh dari serangan berikutnya dari orang-orang yang punya riwayat menyerang anak.

Anak-anak yang takut menceritakan peristiwa tersebut, berpeluang besar bagi pelaku untuk melancarkan aksi berikutnya. Jika pelaku melancarkan serangan berulangkali pada anak, maka perilaku anak yang semula ceria akan berubah murung. Anak yang semula mandiri akan berubah menjadi penuntut, cengeng, tergantung dan melekat terutama pada ibunya (clinging response), ketakutan tak mau ditinggal dan selalu membuntuti.

Anak berubah pendiam, takut bertemu orang dan mengurung diri di kamar. Anak yang semula tidak mengompol menjadi mengompol baik di malam hari maupun saat di sekolahnya. Sulit tidur dan bermimpi buruk diikuti mengigau. Mengisap ibu jari.

"Saat orangtua bertanya adakah yang menyentuh atau menyakitinya, anak menunjukkan ekspresi ketakutan, cemas dan takut bicara. Saat tanda-tanda ini muncul, Anda sebagai orangtua harus waspada. Anak harus diyakinkan dan diberi dukungan bahwa tak ada orang yang dapat menyakitinya dan ibu bapaknya akan melindungi dirinya dari siapa pun yang akan menyakitinya," kata Nunki.
- See more at: http://health.liputan6.com/read/2042504/kenali-tanda-tanda-anak-pernah-jadi-korban-predator-seksual#sthash.XQg2QuKO.dpuf

Ajari Anak Trik Hadapi Predator Seksual

  • Mom & Kids
  • 0
  • 28 Apr 2014 15:00
(Foto: Istimewa)
Liputan6.com, Jakarta Saat anak diserang secara seksual, pelaku selalu membentak anak dengan kata-kata kasar dan mengancam agar tidak berteriak. Apa yang harus dilakukan anak jika ia terperangkap oleh serangan seksual?

Psikolog Nunki Suwardi yang juga merupakan Pendiri Pusat Studi & Aplikasi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar kepada Tim Health Liputan6.com, Senin (28/4/2014), menjelaskan, David Givens, seorang ahli perilaku kejahatan menyebutkan, dalam situasi terdesak seperti itu anak sebaiknya melawan.

"Ya, anak harus diajari melakukan apa pun agar niat jahat atau serangan itu berhenti. Bisa dengan berteriak, menendang, menggigit atau memukul. Saat anak berhasil kabur, ia harus berteriak sambil lari sekencang-kencangnya agar menarik perhatian orang banyak dan mencari orang dewasa yang dikenalnya untuk mendapat perlindungan," kata Nunki.

Mengapa ? Secara psikologis, pelaku pedofil adalah orang-orang yang memiliki kecemasan tinggi, rasa takut dan kecenderungan depresif. Jika korbannya terus melawan dan berteriak, pelaku biasanya enggan menyekap korban lebih lama dan cenderung melepaskannya.

"Namun jika korban diam ketakutan, pelaku justru mendapat angin dan leluasa bertindak melukai korbannya."

Pengecualian terjadi pada pedofil dengan riwayat kekerasan. Mereka biasanya tak memberi kesempatan pada korban untuk lari atau menyerang balik. Sifat penyerangannya cepat dan korban lumpuh seketika. Selama beraksi, pedofil tipe ini membekali diri dengan senjata mematikan seperti belati atau senjata api. Kasus pedofil dengan kekerasan ini prosentasinya sedikit dibanding pedofil dengan modus mengancam.
- See more at: http://health.liputan6.com/read/2042509/ajari-anak-trik-hadapi-predator-seksual#sthash.s8mDTMYX.dpuf
Liputan6.com, Jakarta Saat anak diserang secara seksual, pelaku selalu membentak anak dengan kata-kata kasar dan mengancam agar tidak berteriak. Apa yang harus dilakukan anak jika ia terperangkap oleh serangan seksual?

Psikolog Nunki Suwardi yang juga merupakan Pendiri Pusat Studi & Aplikasi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar kepada Tim Health Liputan6.com, Senin (28/4/2014), menjelaskan, David Givens, seorang ahli perilaku kejahatan menyebutkan, dalam situasi terdesak seperti itu anak sebaiknya melawan.

"Ya, anak harus diajari melakukan apa pun agar niat jahat atau serangan itu berhenti. Bisa dengan berteriak, menendang, menggigit atau memukul. Saat anak berhasil kabur, ia harus berteriak sambil lari sekencang-kencangnya agar menarik perhatian orang banyak dan mencari orang dewasa yang dikenalnya untuk mendapat perlindungan," kata Nunki.

Mengapa ? Secara psikologis, pelaku pedofil adalah orang-orang yang memiliki kecemasan tinggi, rasa takut dan kecenderungan depresif. Jika korbannya terus melawan dan berteriak, pelaku biasanya enggan menyekap korban lebih lama dan cenderung melepaskannya.

"Namun jika korban diam ketakutan, pelaku justru mendapat angin dan leluasa bertindak melukai korbannya."

Pengecualian terjadi pada pedofil dengan riwayat kekerasan. Mereka biasanya tak memberi kesempatan pada korban untuk lari atau menyerang balik. Sifat penyerangannya cepat dan korban lumpuh seketika. Selama beraksi, pedofil tipe ini membekali diri dengan senjata mematikan seperti belati atau senjata api. Kasus pedofil dengan kekerasan ini prosentasinya sedikit dibanding pedofil dengan modus mengancam.
(Abd) - See more at: http://health.liputan6.com/read/2042509/ajari-anak-trik-hadapi-predator-seksual#sthash.s8mDTMYX.dpuf

Ajari Anak Trik Hadapi Predator Seksual

  • Mom & Kids
  • 0
  • 28 Apr 2014 15:00
(Foto: Istimewa)
Liputan6.com, Jakarta Saat anak diserang secara seksual, pelaku selalu membentak anak dengan kata-kata kasar dan mengancam agar tidak berteriak. Apa yang harus dilakukan anak jika ia terperangkap oleh serangan seksual?

Psikolog Nunki Suwardi yang juga merupakan Pendiri Pusat Studi & Aplikasi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar kepada Tim Health Liputan6.com, Senin (28/4/2014), menjelaskan, David Givens, seorang ahli perilaku kejahatan menyebutkan, dalam situasi terdesak seperti itu anak sebaiknya melawan.

"Ya, anak harus diajari melakukan apa pun agar niat jahat atau serangan itu berhenti. Bisa dengan berteriak, menendang, menggigit atau memukul. Saat anak berhasil kabur, ia harus berteriak sambil lari sekencang-kencangnya agar menarik perhatian orang banyak dan mencari orang dewasa yang dikenalnya untuk mendapat perlindungan," kata Nunki.

Mengapa ? Secara psikologis, pelaku pedofil adalah orang-orang yang memiliki kecemasan tinggi, rasa takut dan kecenderungan depresif. Jika korbannya terus melawan dan berteriak, pelaku biasanya enggan menyekap korban lebih lama dan cenderung melepaskannya.

"Namun jika korban diam ketakutan, pelaku justru mendapat angin dan leluasa bertindak melukai korbannya."

Pengecualian terjadi pada pedofil dengan riwayat kekerasan. Mereka biasanya tak memberi kesempatan pada korban untuk lari atau menyerang balik. Sifat penyerangannya cepat dan korban lumpuh seketika. Selama beraksi, pedofil tipe ini membekali diri dengan senjata mematikan seperti belati atau senjata api. Kasus pedofil dengan kekerasan ini prosentasinya sedikit dibanding pedofil dengan modus mengancam.
- See more at: http://health.liputan6.com/read/2042509/ajari-anak-trik-hadapi-predator-seksual#sthash.s8mDTMYX.dpuf

Ajari Anak Trik Hadapi Predator Seksual

  • Mom & Kids
  • 0
  • 28 Apr 2014 15:00
(Foto: Istimewa)
Liputan6.com, Jakarta Saat anak diserang secara seksual, pelaku selalu membentak anak dengan kata-kata kasar dan mengancam agar tidak berteriak. Apa yang harus dilakukan anak jika ia terperangkap oleh serangan seksual?

Psikolog Nunki Suwardi yang juga merupakan Pendiri Pusat Studi & Aplikasi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar kepada Tim Health Liputan6.com, Senin (28/4/2014), menjelaskan, David Givens, seorang ahli perilaku kejahatan menyebutkan, dalam situasi terdesak seperti itu anak sebaiknya melawan.

"Ya, anak harus diajari melakukan apa pun agar niat jahat atau serangan itu berhenti. Bisa dengan berteriak, menendang, menggigit atau memukul. Saat anak berhasil kabur, ia harus berteriak sambil lari sekencang-kencangnya agar menarik perhatian orang banyak dan mencari orang dewasa yang dikenalnya untuk mendapat perlindungan," kata Nunki.

Mengapa ? Secara psikologis, pelaku pedofil adalah orang-orang yang memiliki kecemasan tinggi, rasa takut dan kecenderungan depresif. Jika korbannya terus melawan dan berteriak, pelaku biasanya enggan menyekap korban lebih lama dan cenderung melepaskannya.

"Namun jika korban diam ketakutan, pelaku justru mendapat angin dan leluasa bertindak melukai korbannya."

Pengecualian terjadi pada pedofil dengan riwayat kekerasan. Mereka biasanya tak memberi kesempatan pada korban untuk lari atau menyerang balik. Sifat penyerangannya cepat dan korban lumpuh seketika. Selama beraksi, pedofil tipe ini membekali diri dengan senjata mematikan seperti belati atau senjata api. Kasus pedofil dengan kekerasan ini prosentasinya sedikit dibanding pedofil dengan modus mengancam.
- See more at: http://health.liputan6.com/read/2042509/ajari-anak-trik-hadapi-predator-seksual#sthash.s8mDTMYX.dpuf






The Five Solas of the Reformation

The Five Solas of the Protestant Reformation, while not unique to Calvinism, are integral to a Calvinist theological perspective and therefore bear restating here:

http://www.theopedia.com/Calvinism

What is your color?


"Mere color, unspoiled by meaning, and unsullied with definite form, can speak to the soul in a thousand different ways."
-Oscar Wilde